7 Buku Yang Nggak Bisa Dilupakan.

By 07.00




Di grup BASB (Blogger Aceh Suka Buku), sebagai postingan perdana kita sepakat untuk menulis 7 buku yang paling diingat, dikenang, atau paling memorable. Pengandaiannya jika ada banjir, perampokan, atau entah kejadian apa, buku-buku ini harta pertama yang diselamatkan selayak harta berharga lainnya.

Dan bagi saya yang telah mengoleksi buku sejak 2001 silam, 7 judul buku yang masih membekas hingga sekarang adalah:


1.       The Naked Traveler (TRINITY)
Semua seri the Naked Traveler dari nomor 1-4 saya koleksi. Kecuali serial bahasa Inggrisnya. Buku ini menceritakan perjalanan Trinity menjelajahi beberapa tempat di dunia. Berbeda dengan buku traveler kebanyakan,  karya Trinity ini menurut saya jujur. Jauh dari kesan promosi ataupun ‘hanya menceritakan hal baik’ saja. Segala hal yang ia alami selama perjalanan diceritakan secara gamblang. Masa bodo’ jika itu terdengar ‘kurang ajar’. Mungkin karena kejujuran inilah, bukunya sukses besar. Bahkan  dicetak hingga puluhan kali. Tapi ada beberapa bagian yang harus disensor dan edit, karena terlalu vulgar. Kalau penasaran dengan gaya tulisan Trinity yang menurut saya lincah, sambangi blognya www.naked-traveler.com



2.       Thousand Splendid Suns (Khaled Hosseini)
Nah, ini novel yang menurut saya gila! Gila dari penceritaan, penggarapan, dan diksi yang aduhai. Sangking gilanya dengan novel ini, saya terpaksa beli dua! Novel ini menceritakan tentang Mariam, perempuan Afghanistan yang harus bersuamikan pria jauh lebih tua darinya. Penyiksaan bertubi-tubi ia alami. Cerita makin seru dengan setting Afganistan diera kekuasaan Taliban. Point penting dari novel ini adalah diski yang menyentuh! Nggak ngerti gimana pintarnya Khaled Hoseini merangkum kata. Mengaduk emosi ketika baca. Dan berhenti berulangkali untuk sekedar tarik nafas, atau memahami setiap kalimatnya yang bernas. Tapi di buku dia yang ketiga, And TheMountains Echoed menurutku kurang menarik.  Mungkin karena penggarapannya terlalu metropolitan.



3.       Filosofi Kopi (Dee)
Untuk penulis Indonesia saya menggilai karya Dee. Semua karyanya saya koleksi. Dari bukunya Ksatria dan Bintang Jatuh, hingga Partikel yang tebalnya minta ampun. Dari semua bukunya yang saya sukai adalah Filosofi Kopi (selain Madre). Filosofi Kopi menurut saya, salah satu karya Dee yang paling monumental. Padahal jika ditelisik diksi/perpaduan kalimatnya biasa aja. Tapi selalu saya ada yang jleb, feel struktur cerita yang hebat. Begitu juga tema yang diangkat juga bukan hal membahana, tapi selalu bisa dirangkum dengan sempurna. Filosofi Kopi ini merupakan kumpulan prosa/cerita pendek. Di buku ini paling saya senangi adalah cerpen berjudul Filosofi Kopi, Mencari Herman, dan Rico de Coro.


4.       Life On the Refrigerator Door (Alice Kuipers)
Kenapa novel ini begitu mengesankan. Menurut saya karena cara penggarapannya yang berbeda. Tema novel ini sederhana. Tentang kesibukan yang luar biasa antara Ibu dan Anaknya. Sangking sibuknya mereka jarang berjumpa, jarang bertamasya bersama, atau sekedar makan malam. Komunikasi mereka hanya satu; lewat pintu kulkas. Jadi mereka saling menyapa lewat pesan singkat yang ditulis dan ditempel di pintu kulkas. Si Ibunya tanya ini, sreett di tempel di pintu kulkas. Trus anaknya jawab, sreettt jawabannya ditempel juga di pintu kulkas. Dan begitulah cara penggarapan novel ini. Setiap halamannya hanya bernarasi pesan-pesan mereka di pintu kulkas. Tapi walaupun begitu, konflik novel ini berhasil ditangkap baik oleh pembaca. Saya tahu ternyata Ibunya bermasalah dengan mantan suaminya, anaknya mengilai seorang cowok di sekolahnya, hingga sakit parah yang menimpa Ibunya. Dan ending novel begitu menyedihkan.


5.       ALIVE  72 Hari di Neraka Salju (Piers Paul Read)
Ini buku memoar yang menceritakan 16 pemain Rugbi asal Uruguay yang jatuh di pegunungan Andes gara-gara kecelakaan pesawat. Rencananya rombongan ini mau tanding di Argentina (kalau nggak salah), trus tiba-tiba cuaca buruk, dan blasshh…pesawat jatuh di pegunungan Andes yang ditutupi salju tebal. Maka disinilah dimulai pertarungan hidup. Stok makanan yang habis, mengharuskan mereka memakan mayat teman sendiri, dan minum air seni. Beberapa pesawat bantuan datang, tapi tak mampu mendeteksi keberadaan mereka di tengah salju. Akhirnya dua dari mereka terpaksa berjalan kaki, menerobos salju, menaiki berlapis-lapis gunung, dan akhirnya berhasil!! Sangking ‘mengerikan’ pengalaman ini, kalau tidak salah tahun 1993, buku ini diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama.


6.       From Beirut to Jerussalem
Membantu dan meringankan beban orang lain adalah hal yang paling membahagikan di dunia ini. Itulah yang dilakukan oleh Dr Ang Swee Chai. Dokter asal Singapore ini sengaja datang ke Israel sebagai tenaga medis. Layaknya pandangan kaum Barat kebanyakan, di mata Ang Swee Chai masyarakat Palestina adalah teroris dan merekalah penyebab setiap kekacauan di negeri Nabi itu. Tapi pandangan Ang Swee Chai berubah ketika ia sampai disana. Kebrutalan Israel menghamuk penduduk Palestina, membuat pandangannya berubah. Israel-lah sebenarnya pelaku kejahatan. Kehancuran menjadi-jadi. Dalam buku ini diceritakan juga pengalaman Ang Swee Chai ketika tragedy Sabra Shatilla. Termasuk juga koleksi foto-foto yang bikin terenyuh ketika melihatnya.


7.       Istana Kedua (Asma Nadia)
Yeah, dulunya saya penggila buku remaja Asma Nadia (sebelum ia fokus menulis buku rumah tangga). Ada banyak buku karya Asma Nadia yang saya koleksi. Dari sekian banyak, ada dua judul yang paling nendang hingga sekarang: Pesantren Impian dan Istana Kedua. Tapi jika harus memilih mana yang paling nggak bisa dilupakan, saya cenderung memilih Istana Kedua. Novel ini complicated! Konfliknya ribet, tentang suami yang ternyata punya istri lebih dari satu (kalo nggak salah ada 3 istrinya). Dan masing-masing istri punya konflik tersendiri. Sewaktu baca harus benar-benar fokus. Terlebih lagi permainan plot-nya yang luar biasa ‘berisik’. Bagiku ini salah satu karya terbaik dari Asma Nadia.

Nah, bagi saya inilah 7 buku yang nggak bisa dilupakan. Kalau kamu gimana??



Yuk Baca Lagi!

13 komentar

  1. A thousand splendid aku punya. Tapi entah kenapa belum kelar2 kubaca. Filosofi kopi menurutku karya Dee yg paling engg okee hehheh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena ini kumpulan tulisan dia sejak 1995-2005, jdi ada bebrapa yg old style kali ya. hehe..
      tapi dr seluruh karya Dee yg kurang enak saya baca malah Rectoverso (edisi cetak pertama yg sampul hijau). Nggak ngerti itu buku kok kesannya terlalu dibuat2 dg ilustrai trus halaman yg ribet.. jd malah gk enak dibacanya..

      Hapus
  2. Omeeeen...buku berkesannya keren-keren semua kayaknya ya. Tapi saya cuma baru baca satu dr semua, yaitu Filosofi Kopi.
    Dan, kalau saya yang baca semua buku dalam postingan, menurut saya baca penjelasannya, kayaknya saya bakal semua. Gosh. Itu Khaled Hosseini aku harus beli dah.
    'The Kite Runner' aja bikin panas dingin bacanya. Asli merinding. Yang kedua, bagaimanalah lagi ya. Mungkin bukan cuma panas dingin, tapi demam sekalian, hahahaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. buku Khaled Hoseini yg etiga gk seru. Aku nggak selesai bacanya. mmbosankan. Langsung disimpn balik ke dalam lemari. wwkwkwkkw...

      Hapus
  3. Wah, ada thousand splendid suns!! Saya sudah punya, tapi belum sempat baca, malah ketinggalan pula di aceh.. [-(

    Kalau filosofi kopi memang nggak bantah lagi, udah best kali tu..
    walaupun di beberapa teman ada yang menilai di buku itu, Dee terkesan maksa nyatuin cerpen dan prosa dalam 1 buku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Nazri. Dibandingkan buku dia yang pertama, Kita Runner. Lbh seru Thousand Splendid Suns...

      Hapus
  4. Kayaknya suka buku traveler nih bang? Uda baca Selimut Debu & Garis Batas? Perjalanan backpacker di Asia Tengah. Keren juga bang.

    Naked Traveler itu kayaknya menarik sekali dibaca bang. Nice review bang. ngiler juga liat bukunya. :d

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selimut Debu udah baca, tapi belum tamat. hehehheee..
      walaupun baru setengah baca, diksinya keren!
      mgkn karena penulisnya alumni Tempo..

      Hapus
  5. Life On the Refrigerator Door, salah satu buku yang merombakpandangan saya tentang cara menulis novel, Hat. Idenya simple. Tapi penggarapannya, wuih, berat banget. Ga mudah, pesan2 singkat itu disusun menjadi cerita tanpa pemahaman narasi yg kuat.

    Saya ga terlalu suka Naked Traveler, bukan krn bahasanya, tp mungkin krn saya penganut jalan backpacker dengan gaya minimalis Seperti gayanya Agustinus Wibowo. Maklumlah dulunya sempat mencicipi jadi backpacker selama 2 tahun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup! Life on Refrigerator Door memang keren cara penggarapannya. Beda..
      Kalo dibandingkan dengan Agustinus, gaya trinity beda jauh.. dia mgkn segmennya remaja.. Agustinus diksinya keren! foto2nya jg keren..

      Hapus
  6. aku yang udah baca yang Khomeini itu, itupun pinjam dari Ferhat hahahaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan Khomeini Ihan, tapi Khaled Hosseini. Ente ingatnya sama tokoh Iran aja, wkwkwk

      Hapus
  7. Aku suka banyak buku motivasi. Saking banyaknya kadang aku bingung harus menjalani pesan-pesannya yang mana dulu #kemudiancurhat

    Salam kenal ya #eh

    BalasHapus